Sudah kenal dengan PISA kan? Yup, PISA (Programme for International Student Assessment) yang biasanya mengukur kemampuan siswa berusia 15 tahun di bidang membaca, matematika dan science.
Hasil Assessment terakhir yang dilakukan PISA adalah pada tahun 2022. Untuk pertama kalinya PISA tidak hanya mengukur kemampuan siswa dalam membaca, matematika dan science saja tapi juga keterampilan berpikir kreatif (creative thinking). Keterampilan Berpikir Kreatif didefinisikan PISA sebagai kemampuan untuk terlibat secara produktif dalam menghasilkan, mengevaluasi, dan memperbaiki ide-ide yang dapat menghasilkan solusi yang orisinal dan efektif, kemajuan pengetahuan, serta ekspresi imajinasi yang berdampak.
Kenapa PISA mengukur Keterampilan Berpikir Kreatif?
Karena keterampilan ini dirasa penting untuk dapat melakukan inovasi di berbagai bidang kehidupan, seperti sains, teknologi, seni, dan humaniora. Pendidikan yang diterima siswa harus membekali mereka dengan kemampuan ini. Supaya mereka bisa beradaptasi dengan perubahan, dan berkontribusi pada masyarakat yang terus berkembang.
Apa saja indikator yang diukur?
Indikator dalam pengukuran Keterampilan Berpikir Kreatif adalah:
Ekspresi tertulis: menyampaikan ide dan imajinasi melalui tulisan.
Ekspresi visual: menyampaikan ide dan imajinasi melalui berbagai media, seperti gambar atau video.
Pemecahan masalah sosial: memahami sudut pandang yang berbeda, memenuhi kebutuhan orang lain, dan menemukan solusi inovatif dan bermanfaat untuk semua pihak yang terlibat.
Pemecahan masalah ilmiah: menghasilkan ide-ide baru, merancang eksperimen untuk menguji hipotesis, dan mengembangkan metode atau penemuan baru untuk menyelesaikan masalah.
Lalu apa hasilnya?
Secara singkat, hasilnya adalah sbb:
Singapura, Korea, Kanada*, Australia*, Selandia Baru*, Estonia, dan Finlandia (berurutan dari tertinggi) adalah sistem pendidikan dengan performa terbaik dalam berpikir kreatif, dengan skor rata-rata 36 poin atau lebih – secara signifikan di atas rata-rata OECD (33 poin). Siswa di Singapura meraih skor rata-rata 41 poin dalam berpikir kreatif.
Rata-rata di seluruh negara OECD, sekitar 1 dari 2 siswa mampu menghasilkan ide-ide orisinal dan beragam dalam tugas imajinasi sederhana atau situasi pemecahan masalah sehari-hari (yaitu pada Tingkat Kecakapan 4). Di Singapura, Korea, dan Kanada*, lebih dari 70% siswa tampil pada atau di atas Tingkat 4.
Keunggulan akademis tidak selalu menjadi prasyarat untuk keunggulan dalam berpikir kreatif.
Secara umum, setelah mempertimbangkan tingkat kesulitan dari berbagai jenis tugas, siswa menunjukkan kemampuan yang lebih baik dalam tugas-tugas ekspresi kreatif (baik tertulis maupun visual) dibandingkan dengan tugas-tugas lainnya, dan sebaliknya, mereka agak lemah dalam tugas-tugas pemecahan masalah kreatif.
Siswa perempuan rata-rata mendapat 3 poin lebih tinggi daripada siswa laki-laki dalam keterampilan berpikir kreatif. Bisa dikatakan, siswa perempuan lebih kreatif dari laki-laki.
Siswa dari latar belakang sosioekonomi yang lebih tinggi cenderung memiliki skor lebih baik dalam berpikir kreatif.
Sekolah dengan iklim yang mendukung kreativitas dan guru yang mendukung pengembangan keterampilan kreatif memiliki hasil yang lebih baik.
Siswa yang percaya pada potensi kreatif mereka sendiri menunjukkan performa yang lebih baik.
Indeks imajinasi dan petualangan, keterbukaan terhadap intelek, rasa ingin tahu, kemampuan mengambil perspektif, dan ketekunan berhubungan positif dengan performa berpikir kreatif.
Siswa yang lebih terlibat dalam proses belajar kreatif cenderung memiliki kemampuan berpikir kreatif yang lebih tinggi.
Bagaimana dengan Keterampilan Berpikir Kreatif di Indonesia?
Kemampuan berpikir kreatif siswa di Indonesia masih berada di bawah rata-rata negara OECD. Rata-rata nilai OECD untuk keterampilan berpikir kreatif adalah 33 poin, sementara Indonesia adalah 19 poin.
Banyak siswa Indonesia masih berjuang untuk mencapai tingkat kecakapan dasar dalam berpikir kreatif, yang berarti mereka kesulitan untuk menghasilkan ide yang tepat dan orisinal dalam berbagai tugas sederhana.
Apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif?
Berikut adalah beberapa cara yang mungkin dapat diterapkan:
Mendorong Eksplorasi: Berikan siswa kesempatan untuk mengeksplorasi berbagai ide dan pendekatan dalam menyelesaikan masalah. Ini bisa melalui proyek-proyek terbuka di mana mereka bisa mengejar minat pribadi mereka.
Mengajarkan Metode Kreatif: Ajarkan teknik-teknik kreatif seperti brainstorming, visual thinking, dan mind mapping, .... Teknik-teknik ini dapat membantu siswa menghasilkan ide-ide baru dan melihat masalah dari berbagai sudut pandang.
Menggunakan Pembelajaran Berbasis Proyek: Implementasikan pembelajaran berbasis proyek di mana siswa dapat bekerja dalam tim untuk menyelesaikan tugas kompleks. Ini memungkinkan mereka untuk menerapkan ide-ide kreatif dalam konteks nyata.
Memberikan Ruang untuk Kesalahan: Ciptakan lingkungan yang mendukung dan aman untuk eksperimen, di mana siswa merasa nyaman untuk mengambil risiko dan belajar dari kesalahan mereka tanpa takut dihukum.
Memberikan Ide dan Masukan: Tawarkan ide dan umpan balik yang konstruktif untuk membantu siswa mengembangkan dan menyempurnakan ide mereka. Umpan balik yang spesifik dan bermanfaat dapat memotivasi siswa dan membantu mereka melihat cara untuk memperbaiki dan memperluas ide-ide mereka.
Memberikan Kritik yang Konstruktif: Ajarkan siswa bagaimana memberikan dan menerima kritik dengan cara yang membangun. Fokuskan pada aspek yang bisa diperbaiki dan beri saran yang konkret. Ini membantu siswa untuk mengidentifikasi area perbaikan tanpa merasa tertekan atau demotivasi.
Fasilitasi Kreativitas: Ciptakan lingkungan yang mendukung dan memfasilitasi proses kreatif dengan menyediakan sumber daya yang relevan, alat bantu, dan akses ke informasi. Pastikan bahwa siswa memiliki semua yang mereka butuhkan untuk mengimplementasikan ide-ide mereka, termasuk ruang fisik dan waktu yang cukup.
Menerapkan Pembelajaran Interdisipliner: Gabungkan berbagai mata pelajaran dan bidang studi dalam tugas-tugas dan proyek-proyek. Ini dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir kreatif dengan menghubungkan pengetahuan dari berbagai area.
Menyediakan Contoh dan Inspirasi: Tunjukkan contoh-contoh ide kreatif dan inovatif dari berbagai bidang. Ini dapat memotivasi siswa dan memberikan mereka gambaran tentang bagaimana kreativitas diterapkan dalam kehidupan nyata.
Mengembangkan Kemampuan Refleksi: Ajak siswa untuk merefleksikan proses kreatif mereka dan hasilnya. Diskusikan apa yang berhasil, apa yang bisa diperbaiki, dan bagaimana mereka dapat mengembangkan ide-ide mereka lebih lanjut.
Menyediakan Waktu untuk Berpikir: Berikan waktu khusus untuk siswa berpikir dan merencanakan ide-ide mereka. Kadang-kadang, waktu yang cukup untuk berpikir tanpa gangguan dapat memicu kreativitas.
Mendorong Kolaborasi: Fasilitasi kerja sama antara siswa. Kolaborasi dapat memicu ide-ide baru dan inovatif yang mungkin tidak muncul saat mereka bekerja sendirian.
Kalau ada tambahan ide-ide mengenai cara meningkatkan keterampilan berpikir kreatif, silahkan tambahkan di kolom komentar.
Jika ingin membaca lebih lengkap tentang hasil PISA ini, silahkan klik link di bawah:
Selamat membaca!
Comments