top of page
  • Writer's pictureJJ

Belajar untuk Bertanya dan Mempertanyakan

Waktu sekolah, saya sering mendapati pelajaran dimulai dengan penjelasan dari guru, kemudian siswa dipersilahkan mengajukan pertanyaan jika ada yang tidak dimengerti. Saya juga sering menemui siswa diberikan bacaan kemudian diminta membuat pertanyaan dari bacaan tersebut.


Tapi suatu hari ketika saya kuliah, saya mendapati dosen yang mengawali semester satu dengan sebuah pertanyaan alih-alih memberi penjelasan. Mami (begitu saya dan teman-teman memanggilnya) meminta kami semua bertanya pada diri sendiri pertanyaan ini, Who am I ? Pertanyaan itu sukses mengurangi jumlah kami 1 angkatan yang cuma 19 orang, jadi 15 orang di semester berikutnya.


Seiring waktu, kami belajar bahwa kuliah yang kami ambil adalah sebuah ilmu murni yang eksis karena selalu ada sebuah pertanyaan "Kenapa?"

Kenapa begini? Kenapa begitu?

Yang jawabannya hanya bisa diperoleh, jika kami mengamati, bertanya, mempertanyakan, dan membaca. Bahkan untuk yang terakhir Mami selalu mengingatkan agar kami "BACA, BACA, BACA!" 😅

Mengamati, bertanya, mempertanyakan, dan membaca adalah sebuah aktivitas yang harus kami internalisasikan dan menjadi karakter kami. Karena kami mempelajari manusia, yang bisa berubah bahkan dalam hitungan detik.


Oleh karena itu, ketika tiba saatnya tugas akhir ... hal mendasar yang harus kami ajukan terlebih dahulu bukanlah judul penelitian ataupun landasan teori, tetapi pertanyaan penelitian.

Kalau bertanya saja tidak bisa, apalagi mempertanyakan? Jika tak ada yang dipertanyakan, sudah pasti tidak ada juga yang harus dicari tahu. Dengan kata lain, (kalau kata Mami) Anda tidak punya keingintahuan, jadi untuk apa penelitian??? Lalu Anda mau jadi manusia apa???


Hidup manusia itu memang sejatinya adalah tentang pilihan dan menjawab pertanyaan. Pilihan untuk Hidup atau Tidak Hidup. To Be or Not To Be.

Lalu ketika memilih untuk Hidup, selanjutnya adalah menjawab pertanyaan kehidupan, atau minimal menemukan pertanyaan kalau tak sanggup menemukan jawaban.


Berkaca dari pengalaman itu, saya selalu mendorong anak kecil di rumah kami, untuk selalu bertanya dan mempertanyakan. Saya juga harus selalu bersiap, untuk menerima pertanyaan, semenarik apapun itu ... seperti ketika tiba-tiba dia datang dan bilang "Tuhan itu nggak ada kan !?" 😅

34 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page