top of page
  • Writer's pictureJJ

Timbulnya sebuah IDE

Saya sering sekali mendengar pertanyaan: "Bagaimana ide untuk (..................) bisa muncul?"


Lantas saya sering mendengar jawaban dari pertanyaan itu: "Saya nggak tahu, muncul saja begitu."


Buat saya, ide tidak muncul sekonyong-konyong. Ide muncul dari sebuah proses belajar yang terus menerus, termasuk di dalamnya adalah belajar untuk bertanya dan mempertanyakan sesuatu.


Sebuah ide (apalagi sebuah ide kreatif) tidak jatuh dari langit. Sebuah ide kreatif biasanya muncul dari proses belajar ditambah rasa gelisah ditambah kepepet.


Contohnya begini:


Seorang penulis buku, dia pasti suka membaca (bukan hanya sekedar bisa baca), dia juga pasti suka mengamati, dan dia pasti suka bertanya dan mempertanyakan sesuatu. Membaca diperlukan untuk belajar dari karya orang lain, untuk menggali inspirasi dari penulis lain.

Mengamati, bertanya dan mempertanyakan diperlukan untuk memberi konteks pada apa yang dia baca. Kemudian dia merasa gelisah karena ternyata sebetulnya dia bisa menulis serupa itu dan bahkan memasukkan konteks kondisi masyarakat sekitarnya. Hingga pada akhirnya, dia merasa ada sebuah kondisi mendesak yang memicunya (apapun kondisi tersebut). Jadi, menulislah dia sebuah buku!


Begitu pula yang terjadi dengan profesi lain yang membutuhkan kreatifitas.


Pembuat film misalnya, dia pasti suka menonton film, dia juga pasti suka mengamati, dan dia pasti suka bertanya dan mempertanyakan sesuatu. Menonton diperlukan untuk belajar dari karya orang lain, untuk menggali inspirasi dari sutradara atau penulis naskah lain.

Mengamati, bertanya dan mempertanyakan diperlukan untuk memberi konteks pada apa yang dia tonton. Kemudian dia merasa gelisah karena ternyata sebetulnya dia bisa membuat film serupa itu dan bahkan mungkin lebih baik. Hingga pada akhirnya, dia merasa ada sebuah kondisi mendesak yang memicunya (apapun kondisi tersebut). Jadi, dia pun membuat film!


Lalu bagaimana dengan seorang pendidik? Seorang pendidik (orang tua, guru, siapapun yang memiliki peranan itu) juga butuh kreatifitas. Dia harus suka belajar, memperkaya diri dengan pengetahuan. Melalui media belajar apapun. Belajar dengan cara apapun. Dia harus bisa mengamati, bertanya dan mempertanyakan agar apa yang dia pelajari sesuai dengan konteksnya. Kemudian, dia harus punya kegelisahan terhadap kondisi anak didiknya, bahkan mungkin kondisinya sendiri. Akhirnya, harus ada situasi yang membuat dia kepepet.


Buat saya, mereka yang punya banyak ide kreatif (siapapun itu) tidak pernah ada di zona nyaman dalam waktu cukup lama. Mereka berani mengeksplorasi hal-hal baru, dan mengamini perubahan.


Jadi...jika kamu tidak suka untuk terus belajar, tidak suka mengamati, bertanya dan mempertanyakan. tidak memiliki kegelisahan, dan tidak pernah kepepet..... jangan harap kamu punya ide kreatif. Nggak akan pernah dan sebaiknya jangan kerja di bidang yang membutuhkan kreatifitas.

54 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page